Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS): Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMPN 1 Lebak Dana Melalui Penerapan Supervisi Klinis

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH: UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP


BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan pada umumnya pada semua jenjang merupakan suatu keharusan bila dilhat dari kerangka menyiapkan sumber daya manusia Indonesia agar lulusannya mampu bersaing dan dapat mengatasi persoalan­persoalan kehidupan dimasa mendatang (abad XXI). Ciri suatu kondisi yang menyeluruh (global) antara lain adalah tingkat persaingan yang ketat dalam pelbagai sektor kehidupan. Dalam kondisi semacam ini hanya sumber daya manusia yang memiliki "mutu" yang dapat mampu menghadapi persaingan. Sehubungan dengan itu, salah satu aspek yang menjadi perhatian pada Pembangunan Jangka Panjang. Tahap kedua adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada hakekatnya kualitas sumber daya manusia merupakan subjek dan objek pembangunan yang menentukan.

Implementasi dari kebijakan pemerintah ini dilakukan antara lain melalui lembaga pendidikan sekolah dalam pelbagai jenjang, yaitu jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, baik tataran makro, sebab pendidikan dapat berfungsi dan berperan sebagai penggerak proses modernisasi dalam pembangunan nasional. Pada tataran makro, kebijakan pemerintah ditekankan pada perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu pada setiap jenjang. Oleh karena itu pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dilihat dari faktor-faktor penentu(determinant) yang mempengaruhi kegiatan yang ada pada pelbagai jenjang pendidikan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional , pendidikan  terdiri atas pendidikan dasar , menengah umum, pendidikan kejuruan, pendidikan menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.

Ikhtiar untuk meningkatkan mutu SMPN 1 Lebak Dana atau pendidikan secara keseluruhan diwujudkan dalam penataan, pengelolaan dan peningkatan kemampuan dari masing-masing komponen dalam kegiatan pendidikan di SMPN 1 Lebak Dana seperti sistem kelembagaan, pengembangan kurikulum yang ada dan peningkatan kualitas tenaga kependidikan serta bagi pengelolaan pengajaran di sekolah. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan merupakan usaha sistematik yang saling berhubungan antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan berikutnya.
Personel tenaga kependidikan seperti Kepala Sekolah dan guru merupakan faktor determinan terhadap keberhasilan dalam menyelenggarakan kegiatan. pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam menerjemahkan misi sekolah, yakni melaksanakan pembelajaran sebagai kegiatan utama dalam pendidikan di sekolah. Untuk itu, upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar guru harus terus menerus diupayakan melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini dimaksudkan agar guru-guru yang melakukan tugas di tingkat pendidikan menengah memiliki kemampuan dan keterampilan yang standar (profesional), yaitu keahlian atau tugas pembelajaran. Persyaratan-persyaratan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut :

Pertama, kerangka berfikir guru, yaitu kemampuan guru dalam (i) mendidik para siswa dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah , (ii) merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran berpegang pada prinsip perkembangan psikologis anak, dan (iii) mengembangkan keterampilan hidup anak.

Kedua, kemampuan profesional guru , yaitu (i) kemampuan dasar yang terkait dengan norma perilaku seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sperti dedikasi, mandiri, disiplin, etos kerja dan sejenisnya, (ii) kemampuan mengajar yaitu menguasai pendekatan atau metodologi yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan usaha-usaha pendidikan,(iii) menguasai kurikulum yaitu guru mampu menganalisis kurikulum, merencanakan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, mampu menyusun program pengajaran, (iv) menguasai didaktik-metodik umum, (v) menguasai pengelolaan kelas, (vi) melaksanakan monitoring dan evaluasi siswa, dan (vii) mengaktualisasi diri.                                                                                                                                                                                 
Ketiga, kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran sebagai guru bidang studi. Penguasaan bidang studi yang diajarkan dan kemampuan mengembangkan pendekatan pembelajaran yang hidup yakni mendorong keingintahuan dan kreativitas siswa merupakan wujud dare profesioanl skills yang disyaratkan. Pada posisi seperti ini peningkatan kemampuan sumber daya manusia seperti ini peningkatan kemapuan sumber daya manusia seperti guru merupakan prioritas utama sejalan dengan penataan dan pengembangan elemen inti (core element) lainnya seperti kurikulum.

Supervisi Klinis Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena guru wring dijadikan tokoh teladan siswa, bahkan menjadi tokoh identifikasi dire. Sasaran Supervisi Klinis adalah guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran bisa terjadi di dalam kelas, diluar kelas dan atau di laboratorium. Kelas dalam pengertian ini adalah kelompok belajar siswa bukan ruangan belajar. Bidang garapan supervisi klinis sekurang-kurangnya terdiri atas : (a) penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, (b) penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (d) penggunaan media dan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, (e) merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Kelima aspek tersebut erat kaitannya dengan tugas pokok dan tanggung jawab guru sebagai agen pembelajaran. Karena itu dalam penelitian ini diteliti bagaimana meningkatkan kompetensi pedagogik guru melalui penerapan supervisi klinis. Oleh sebab itu diperlukan adanya supervisi klinis yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dengan mempertimbangkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru serta faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Tulisan ini membahas secara umum tentang apa dan bagaimana supervisi klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam mengatasi kelemahan guru melaksanakan proses pembelajaran. Uraian dimulai dengan menjelaskan hakekat supervisi klinis, dilanjutkan dengan prosedur pelaksanaan supervisi klinis, dan diakhiri oleh pembahasan keberhasilan pembelajaran sebagai bahan kajian kepala sekolah dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut dimuka, masalah­masalah yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai berikut : Apakah pengalaman kerja guru dalam mengajar berpengaruh terhadap kemampuan kerja guru melaksanakan pembelajaran ?. Apakah kemampuan dan keterampilan yang standar (profesional) guru berpengaruh terhadap mutu lulusan ? Apakah sistem kelembagaan dalam pendidikan berpengaruh terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar ? Apakah penguasaan terhadap metodologi pedagogik pengajaran berpengaruh pada efektivitas kerja guru? Apakah tingkat kualifikasi pendidikan guru berpengaruh terhadap sikap profesionalnya ? Apakah kemampuan profesioanl guru terkait dengan perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya seperti dedikasi, disiplin dan etos kerja ? Apakah kemampuan guru berpengaruh terhadap prestasi siswa ? Apakah perilaku guru dalam mengajar dipengaruhi oleh kondisi dan keadaan sekolah ?


Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan satu masalah yang diteliti yaitu :
Apakah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMPN 1 Lebak Dana ?
Tujuan Penelitian
Secara teoritis , dengan penelitian ini dapat diketahui meningkatkan kompetensi pedagogik guru melalui supervisi klinis dalam pembelajaran antara tiga kuisioner yaitu : 1) wawancara, 2) lembar observasi penilaian, 3) catatan laporan harian
Bagi peneliti sendiri yang selama ini bergelut dengan pendidikan di lingkungan Dinas pendidikan dan Pengajaran maka penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat terhadap pengambilan kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam menetapkan bantuan teknis secara tepat bagi peningkatan mutu pendidikan menengah, seperti SMPN 1 Lebak Dana sebagai input yang dominan bagi pendidikan tinggi.Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan di SMPN 1 Lebak Dana seperti Kepala Sekolah. Manfaat dimaksud dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan kinerja Berta iklim kerja di lingkungan sekolah yang pada akhimya dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran secara optimal.
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN PENELITAN
A. Hakikat Kompetensi Pedagogik
Kepala Sekolah memiliki kemampuan yang baik apabila yang bersangktan memahami akan fungsi dan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memiliki bakal atau pengetahuan yang luas tentang profesinya sehingga tabu betul tentang tugas yang mesti dilakukannya, sehingga kepala sekolah dapat membedakan dan mengerti pada prioritas pekerjaan yang harus dan tidak harus dikerjakan. Untuk menunjukan kemampuan yang baikdiperlukan target-target penguasaan keterampilan dan kemampuan­kemampuan tertentu bagi jabatan kepala sekolah, seperti menguasai kompetensi dasar guru. Oleh karena itu, dari aspek personal diperlukan adanya tanggung jawab dan kesadaran yang mendalam untuk menciptakan suatu produktivitas yang baik, sebab dapat dikatakan bahwa kemampuan seorang itu berkaitan dengan kesadaran pegawai terhadap pekerjaan mereka. I
Dalam proses mengelola sekolah kemampuan berkaitan erat dengan prestasi guru-guru yang dimilikinya, sehingga akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik pula. Selanjutnya kinerja yang baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi siswa.
Kemudian beberapa Indikator kemampuan kepala sekolah nampak dalam hal kepuasan guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian maka jelaslah bahwa menilai dan memahami kemampuan kepala sekolah, guru dan siswa sebagai subjek didik, dan tingkat prestasi belajar yang dicapai siswa menggambarkan kemampuan sebagai perencana dan pengelola pengajaran atau administrator kelas. Sementara itu, kemampuan juga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan kinerja dalam mengatasi masalah.
Dari segi kompetensi, beban tugas yang diberikan kepada guru mengacu pada perilaku guru ketika mengajar dikelas. Sementara itu, kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional didalam pelaksanaan tugas-tugas. Bila demikian maka jelaslah bahwa alokasi waktu guru akan sangat terkait dengan aktivitas dan pola kerja guru dalam mengajar dikelas yang berarti juga melihat keterampilannya dalam mengelola proses belajar mengajar. Pada dasarnya kompetensi perilaku (performance) sebagai kemampuan guru dalam berbagai keterampilan /perilaku seperti : keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar , keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.
Sementara itu, kompetensi profesi guru itu sendiri dapat digolongkan menjadi : a) Kompetensi pengetahuan (Knowledge Competencies), yang penekanannya pada aspek kognisi/ pengetahuan guru, b). Kompetensi penampilan, perbuatan (performance competencies)yang menekankan pada aspek perilaku/ kinerja guru yang dapat diamati; dan c) kompetensi akibat (consequence competencies) yang penekanannya pada aspek hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari kompetensi pengetahuan dan penampilan guru.
Kompetensi kemasyarakatan / social, yakni setiap guru hendaknya mampu membangun komunikasi yang efektif dengan lingkungan sekitarnya termasuk dengan para siswa, Leman sejawat, atasan, pegawai sekolah, dan masyarakat luas. Dari ketiga aspek kompetensi tersebut (kompetensi pribadi, profesi dan kemasyarakatan) yang menjadi perhatian pokok dalam penelitian ini hanya kompetensi profesi. Kompetensi profesi inipun masih dibatasi lagi, yakni khusus mengenai penampilan atau kinerja guru dalam mengajar.
Dengan demikian berdasarkan uraian dimuka, maka konsep kinerja kepala sekolah sebagai cara kerja yang menyangkut kemampuan melaksanakan tugas dapat dilihat dari indikator : (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar , (2) kemampuan melaksanakan / mengelola proses belajar mengajar, dan (3) kemampuan menilai proses belajar mengajar.
Ketiga hal tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari kompetensi guru, dan istilah komptensi biasanya berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kemudian ditegaskan biasanya berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kemudian ditegaskan bahwa kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu . Kompetensi dapat pula sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa komptensi merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan atau latihan baik in-service education maupun pre-service education.
1. Merencanakan Program Belajar Mengajar
Pengajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Pengetahuan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan. Demikian halnya dalam perencanaan mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran. Mengingat pelaksanaan pengajaran adalah mengkoordinasi unsur-unsur (komponen) pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakikatnya mengatur dan menerapkan unsur-unsur tersebut. Unsur yang dimaksud antara lain tujuan, bahan atau isi, metode dan alat serta evaluasi / penilaian
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitektur. Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran.
Makna atau arti dari perencanaan program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi/ perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara rinci harus jelas kemana siswa akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode dan teknik) dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya ( penilain).
Berkenaan dengan hal-hal diatas, sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang meliputi perencanaan/program tahunan, semester, dan yang dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar atau RPP (Rencana Persiapan Pembelajaran). Ada delapan kegiatan dalam menyusun persiapan mengajar yaitu : (1) menetukan tujuan instruksional umum, (2) membuat analisis tentang karakteistik siswa, (3) menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur (TIK) , (4) menentukan materi/ bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK, (5) menetapkan tes awal (pre test) , (6) menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai, (7) mengkoordinasi sarana penunjang yang diperlukan , meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu. , dan tenaga, (8) mengadakan evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka kinerja guru dari dimensi kemampuan merencanakan program belajar mengajar dalam penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) indikator, yakni kemapuan : (1) merencanakan pengorganisasian bahan pelajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, dan (3) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran. Dari ketiga indikator tersebut akan dijabarkan dalam beberapa aspek pengukuran yang lebih bersifat operasional.
2. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan /menglola proses belajat mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Kemampuan melaksanakan program belajar mengajar adalah kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi Berta program yang telah dibuat sebelumnya.
Pada tahap pelaksanaan ini semua ketentuan yang telah ditetapkan dalam rencana akan dicoba dilaksanakan dengan berbagai modifikasi sesuai dengan kaftan mereka dalam proses belajar. Pada saat ini kiat seorang guru memerlukan kecepatan mengambil keputusan, seperti menghentikan kegiatan belajar, mengubah interaksi, mengulang beberapa pelajaran dan berbagai tindakan yang wring tidak direncanakan tetapi diperlukan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan tersebut seorang guru memerlukan pertimbangan profesional (profesional judgement).
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan implementasi dari perencanaan kegiatan belajar mengajar (satuan pelajaran) yang telah dibuat. Segala sesuatu yang telah ditetapkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar, diwujudkan secara nyata melalui keterampilan mengajar. Keterampilan dasar mengajar mencakup keterampilan : 1) memulai dan mengakhiri pelajaran, 2) menjelaskan, 3) bertanya 4) memberi penguatan, 5) mengadakan variasi, 6) membimbing diskusi kelompok, dan 7) mengelola kelas.
Sementara itu , kemampuan yang harus dimiliki guru pada waktu mengajar atau dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan : 1) menggunakan metode mengajar, media pelajaran dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pengajaran, 2) berkomunikasi dengan siswa, 3) mendemonstrasikan khasanah metode mengajar, 4) mendorong dan menggalakan keterlibatan siswa dalam pengajaran, 5) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan pengajaran, dan 6) melaksanakakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar.  Pada konsep lain disebutkan bahwa kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan sebagai berikut : 1) memotivasi siswa belajar dari saat membuka sampai menutup pelajaran, 2) mengenalkan tujuan pengajaran, 3) menyajikan bahan pengajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan, 4) melakukan pemantapan belajar (rreinforcement), 5) melaksanakan penilaian hasil belajar, 6) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik,7) memperbaiki program belajar mengajar untuk keperluan mendatang, dan 8) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan. Pelaksanaan program belajar mengajar berkenaan dengan pengelolaan pembelajaran dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran harus dilakukan secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut, pertama-tama guru perlu mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa. Berkenaan dengan hal itu , dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antar manusia, bertujuan membantu pertumbuhan dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan mengajar adalah menciptakan lingkungan atau suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas guru dalam hal melaksanakan proses belajar mengajar mencakup inclikator kemampuan : 1) Membuka dan menyampaikan tujuan pengajaran, 2) menyampaikan/ menjelaskan materi, 3) menggunakan metode dan bahan latihan sesuai dengan rencana , 4) mendorong keterlibatan siswa dalam pengajaran, dan 5) mengorganisasi waktu.
3. Menilai Kemajuan Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para pelajar, baik secara iluminatif-observatif maupun secara struktural­obyektif. Ilumnitatif-observatif maksudnya dilakukan dengan pengamatan yang yang terns menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa, sedangkan struktural-obyektif yang berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rngka penilaian hasil belajar siswa. Untuk melihat sejauh mana perencanaan kegiatan belajar mengajar telah dibuat diwujudkan secara nyata, perlu dilakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan baik tidaknya program atu kegiatan yang sedang mencapai tujuan yang telah clitetapkan penclapat lain menyatakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi dann penggunaan informasi untuk pertimbangan keputusan.
B. Pengertian dan Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi berasal dari kata "super dan vision ". Super artinya tinggi, atas dan vision artinya melihat, memandang. Suprvision artinya "melihat dari atas". Pengertian tersebut dimaksudkan : orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi/ atas melihat-mengamati – mengawasi orang yang berada di bawahnya. Misalnya kepala sekolah melihat dan mengamati perilaku guru pada waktu mengajar. Hal itu dilakukan agar kepala sekolah dapat memberikan bimbingan kepada guru untuk melaksanakan tugasnya lebih optimal. Kimball Willer mengemukakan, "Supervision is assistance in the development of better teaching learning situation". " Supervisi adalah proses bantuan untuk meningkatkan situasi belajar-mengajar agar lebih baik". Pengertian ini menunjukan bahwa supervisi adalah proses bantuan, bimbingan dan atau pembinaan dari supervisor kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bantuan, bimbingan atau pembinaan tersebut bersifat profesional yang dilaksanakan melalui dialog untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Kepala Sekoiah sebagai supervisor membantu dan membina guru sebagai mitra kerjanya agar lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya yakm merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kata yang paling tepat untuk supervisi adalah terprogram untuk mengubah atau memperbaiki perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya secara profesional. Dengan demikian maka supervisi akademik adalah kegiatan yang terencana, terpola dan terprogram dalam mengubah perilaku guru agar dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran.
Klinis berasal dari kata clinic yang berarti "balai pengobatan atau suatu tempat untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang ditangani oleh tenaga yang profesional". Apabila mendengar kata pengobatan maka asosiasi kita adalah pasien datang ke tempat pengobatan untuk mengobati penyakitnya. Orang yang memeriksa dan mengobatinya adalah dokter. Analog dengan itu adalah guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran datang kepada kepala sekolah dan untuk berkonsultasi tentang pemecahan masalah yang dihadapinya. Bisa juga kepala sekolah yang datang dan berdialog dengan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran beberapa diantaranya adalah (a) kurang menguasai bahan ajar sehingga perilaku guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang percaya diri, (b) kurang menguasai kelas sehingga siswa kurang terkendali dalam kegiatan belajarnya (c) kurang terampil dalam berbicara sehingga siswa kurang terkendali dalam kegitana belajarnya, (d) menampilkan sosok yang kurang simpatik sehingga suasana belajar kurang menarik siswa. Masih banyak gejala lain yang menunjukan kelemahan dan kekurangan guru pada saat melaksanakan pembelajaran. Supervise klinis berkepentingan dengan upaya memperbaiki kekurangan tersebut. Dengan demikian supervisi klinis diartikan sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan pengerian diatas Waller berpendapat bahwa suprvisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Keith Acheson dan Meredith D'Gall : supervisi klinisa adalah proses membantu guru memperkecil jurang avatar tingkah laku mengajar nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah bantuan profesioanl yang diberikan kepada 'guru yang mengalami masalah dalam pemeblajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dngan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap pengamatan dan tahap analisis dan tindak lanjut.
Sejalan dengan pengertian diatas maka tujuan umum dari supervisi klinis adalah agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan tujuan khususnya adalah : a) guru memiliki keterampilan dalam mendiagnosis kesulitan pembelajaran dan mencari solusi pemecahannya, b) guru memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi yang efektif, dan c) guru memiliki sikap yang positif. Oleh karena itu indikator keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis adalah : 1) meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan,melaksanakan , dan mengevaluasi proses pembelajaran., 2) kualitas pembejaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga diharapkan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai siswa, 3 ) terjalin hubungan kolegial antara kepala sekolah dengan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran dan tugas-tugas profesianya.
Indikator-indikator tersebut pada hakekatnya merupakan salah satu ciri dari meningkatnya mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu supervisi klinis merupakan bagian penting dari upaya meningkatkan kinerja sekolah khusuna melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam konteks inilah kepala sekolah perlu melaksanakan supervisi klinis sebagai bagian dari supervisi akademik.
Supervise klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran harus dapat mengubah kemampuan guru agar dapat mengatasi maslahnya dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu ada beberapa prinsip dalkam melaksanakan supervisi klinis antara lain :
a. Bantuan kepada guru dalam pembelajaran bukan perintah atau instruksi yang harus dilaksanakan melainkan kesadaran kedua pihak akan pentingya memperbaiki mutu pembelajaran. Prinsip ini dapat dwujudkan apabila kepala sekolah.
membina guru dengan penuh keikhlasan bukan keterpaksaan
bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas guru
memiliki program yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan
b. Hubungan antara kepala sekolah sebagai suprvisor dengan guru sifatnya hubungan kolegial data suasana yang intim penuh keterbukaan. Prinsip ini bisa diwujudkan apabila kepala sekolah
memperlakukan guru sebagai mitra kerja bukan bawahan
menampilkan diri di sekolah penuh keakraban
rendah hati dalam menghadapi guru
c. Proses bantuan bersifat demokrats artinya kedua belch pihak bebas mengemukakan pendapatnya, tetapi keduanya berkewajiban mengkaji pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan. Prinsip ini bisa diwujudkan apabila kepala sekolah
menghargai pendapat guru
tidak lengsung menyalahkan pendapat guru
tidak memaksakan pendapatnya
d. Dalam pelaksanaannya masing-masing phak harus mengedepankan tugas dan tanggung jawab dlam meningkatkan mutu pembelajaran. Prinsip ini bisa diwujudkan apabila kepala sekolah :
berkeinginan memajukan sekolah binaanya
mau berkorban untuk guru senantiasa bekerja sama
bersepakat dengan guru untuk seantiasa bekerjasama
e. Kepala Sekolah sebagai supervisor harus lebih banyak mendengar daripada berbicara agar guru merasa bebas mengemukakan masalah dan pendapatnya. Prinsip ini bisa diwujudkan apabila kepala sekolah
menilai betapa pentingnya mengatasi kesulitan guru
memuji keberanian guru dalam melaksanakan tugasnya
pandai menyimak apa yang disampaikan guru
f. Sasaran supervisi terfokus pada kebutuhan dan aspirasi guru pada perilaku mengajar aktual dalam mata pelajaran yang diampunya. Prinsip ini bisa diwujudkan apabila kepala sekolah :
pernah mengalami masalah dalam pembelajaran
berpengalaman dlam mengatasi masalah pembelajaran
memiliki keahlian yang sama dengan guru
Prinsip-prinsip diatas diimplementasikan oleh kepala sekolah pada saat melaksanakan supervisi klinis baik pada pertemuan awal, observasi guru mengajar, maupun pada pertemuan balikan dan tindak lanjut.
Ada beberapa alasan mengapa supervisi klinis perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam rangka membantu guru mengatasi masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran. Alasan-alasan tersebut terkait dengan empat aspek sebagai berikut :
a.         Kualitas Proses Pernbelajaran
Prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari diri siswa itu sendiri antara lain : kemampuan, sikap, minat motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran. Faktor eksternal adalah faktor diluar pribadi siswa seperti kurikulum, sarana belajar, lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Faktor proses pembelajaran menjadi faktor terpenting sebab langsung berhubungan dengan perubahan perilaku siswa. Dalam prakteknya ternyata proses pembelajaran yang dilaksanakan guru belum optimal dalam pengertian tidak membawa hasil yang diinginkan dalam mengubah perilaku siswa. Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Faktor –faktor tersebut antara lain: kemampan dan keahlian guru, karakteristik mata pelajaran , saraba dan fasilitas belajar. Oleh sebab itu supervise klinis dilakukan kepala sekolah perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kualitas proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.
b.          Profesionalisme Guru
Jabatan guru adalah jabatan fungsional artinya untuk dapat menyandang jabatan tersebut diperlukan keahlian khusus melalui pendidikan dan pelatihan. Tugas pokok guru adalah merencanajan dan melaksanakan pembelajaran, menilai proses dan hasil belajar serta memberikan bimbingan dan pelatihan. Oleh sebaab itu guru perlu menguasai bidng ilmu yang akan menjadi materi pembelajaran serta menguasai teknologi atau strategi pembelajaran. Upaya untuk membina dan mengembangkan keahlian tersebut harus terus dilakukan baik oleh guru itu sendiri maupun oleh pihak lain yang bertanggung jawab antara lain kepala sekolah, merupakan bagian dari upaya peningkatan kemampuan profesional guru.
    Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga kependidikan berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas tanggung jawab dan wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada sekolah yang telah ditunjuk. Pengawasan akademik adalah menilai dan membina guru dalam aspek-aspek pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pengawasan manajerial adalah menilai dan membina guru dan staf sekolah dalam aspek pengelolaan administrasi sekolah agar dapat meningkatkan kinerja sekolah. Oleh sebab itu tanggung jawab kepala sekolah adalah : a) meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan b) meningkatkan mutu hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Tanggung jawab yang kedua yakni meningkatkan mutu hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru mengimplikasikan perlunya kepala sekolah melaksanakan supervisiklinis.
      Peningkatan Mutu Pendidikan
Pemerintah khususnya departemen pendidikan nasional telah menetapkan visi pendidikan yakni membentuk insan yang cerdas, kompetitif dan bermartabat dengan empat pilar strategi yakni olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 menetapkan adanya delapan standar nasional pendidikan sebagai rujukan dalam meningkatkan nutu pendidikan nasional. Salah satu standar yang harus dicapai adalah standar kompetisi lulusan. Standar yang erat kaitannya dengan standar isi (kurikulum), standar proses (pembelajaran), standar penilaian dan standar pendidikan dan tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, pengawas sekolah ). Dalam pembelajaran tersirat empat standar di atas sebab dalam proses pembelajaran ada : peserta didik (subyek yang belajar), ada bahan ajar (standar isi), ada guru (fasilitator belajar) dan ada penilaian (standar penilaian). Oleh sebab itu kedudukan proses pembelajaran dalam meningkatkan standar mutu pendidikan sangat penting. Supervise klinis yang memfokuskan pada uapay memperbaiki kualitas proses pembelajaran menjadi upaya yang sangat berarti untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
C. Hakekat Penelitian Tindakan Sekolah
Secara umum penelitian adalah upaya permasalahan secara sistematik dengan menggunakan metode tertentu melalui kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data secara menarik kesimpulan jawaban atas masalah yang diajukan. Atas dasar dare penelitian dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini diawali dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari jawabannya. Tidak ada penelitian tanpa adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari jawabannya. Pengertian penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian merupakan penelaahan yang terkendali sebab terkandung dua hal yakni a) adanya logika proses berpikir dan b) adanya data atau infomasi yang sistematis (Nana Sudjana 2000). Logika berfikir nampak dalam prosesnya yakni menempuh langkah –langkah yang sistematis melalui dari pengumpulan data mengolah dan menganalisi data , menafsiran data, menguji data sampai pada penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut dapat dikaji kembali baik oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain. Data dan iformasi dikatakan empiris sebab sifat dan sumbernya menggambarkan apa yang terjadi dilapangan bukan seperti yang ada didalam pikiran peneliti.
Penelitian tindakan atau action research adalah suatu kegiatan, mengumpulkan , mengolah , menganalisi , menafsirkan dan menyimpulkan data yang diperoleh dari suatu tindakan atau perbuatan yang sengaja dirancang dan dilakukan dalam rangka mencerminkan metode atau sistem kerja yang lebih efektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang igin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru melalui supervisi klinis dalam pembelajaran di SMPN 1 Lebak Dana pada umumnya.
Secara operasional, tujuan penelitian yang ingin dicapai menggunakan tiga instrumen melalui supervisi klinis
Wawancara
Catatan laporan harian
Lembar observasi penilaian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan disekolah SMPN 1 Lebak Dana sebanyak 22 orang guru. Penetuan tempat penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa lokasi penelitian terletak di daerah tempat bekerja peneliti. Di samping itu sekolah tempat penelitian tersebut telah dikenal sebelumnya oleh peneliti sehingga sedikit demi sedikit banyak peneliti telah mengetahui karakteristik dan fenomena yang ada terutama yang terkait dengan guru.
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari pelaksanaan sampai dengan pengumpulan data lapangan. Waktu yang diperlukan selama 3 (tiga ) bulan yakni bulan .lanuari s,d Maret 2013
Metode Penelitian
Karakteristik sample frame pada sekolah tersebut menujukan bahwa semua jumlah guru yang ada berlatar belakang pendidikan sarjana (S1) sebanyak 22 orang, 7 orang honorarium, 15 orang PNS, 1 Orang cuti melahirkan, 1 peneliti, 20 orang sebagai responden. Dengan keadaan tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semua responden guru sebagai populasi terjangkau memiliki Tatar belakang pendidikan sarjana,.
Berdasarkan konsepsi diatas, maka dalam penelitian ini jumlah sampel ditetapkan sebanyak 20 orang guru darI seluruh populasi target, sedangkan untuk pengambilan sampel menggunakan tiga instrumen .
Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini difokuskan pada data yang menyangkut wawancara, catatan laporan harian, lembar observasi penilaian yang dipersepsikan oleh guru. Data yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru melalui hasil wawancara, lembar observasi, catatan laporan harian dilakukan dengan supervise klinis pada saat guru melaksanakan tugas mengajar didalam kelas. Oleh karena itu informasinya berupa pengumpulan data. Supervise klinis yang dilakukan dapat mengetahui perubahan yang terjadi bagi setiap guru yang melakukan tatap muka didalam proses pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan adalah:
Lembar wawancara guru
Lembar laporan harian
Lembar kemampuan merencanakan pembelajaran
Lembar pelaksanaan pembelajaran
F. Indikator Keberhasilan
Kualitas hasil belajar
Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru
Motivasi belajar siswa meningkat
Interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat
G. Prosedur Penelitian
a. Analisis kebutuhan
Wawancara dengan guru
Observasi proses pembelajaran
Peneliti dan guru berdiskusi tentang cara menggunakan metode pembelajaran diskusi, demonstrasi dan tanya jawab pada pendekatan SAVI.
b. Siklus I
1. Perencanaan tindakan
Kepala Sekolah membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar wawancara, lembar observasi, hasil laporan harian, rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
2. Pelaksanaan tindakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Guru menjelaskan indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan PR (pekerjaan rumah).
Semua aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I akan dicatat pada lembar pengamatan oleh peneliti.
3. Monitoring dan Evaluasi keberhasilan proses pembelajaran pada siklus I, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Observer mencatat setiap aktivitas guru di kelas pada format observasi.
Kepala Sekolah membina untuk memperbaiki kekurangan tentang proses pembelajaran siklus I.

4. Refleksi proses pembelajaran siklus I
1.       Mengolah dan menganalisa data yang diperoleh pada siklus 1.
ii.       Melakukan evaluasi siklus I.
iii. Merefleksi kekurangan siklus I.
c. Siklus II
1. Perencanaan tindakan
Kepala Sekolah melakukan pembinaan terhadap masing-masing guru untuk memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus penelitian I.
2. Pelaksanaan tindakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
i         Guru menjelaskan indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan PR (pekerjaan rumah).
Semua aktivitas guru selama pembelajaran siklus II akan dicatat pada lembar pengamatan oleh observer.
3. Monitoring dan Evaluasi keberhasilan proses pembelajaran pada siklus II, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Observer mencatat setiap aktivitas guru di kelas pada format observasi.
Peneliti mengamati seluruh guru untuk mengetahui perubahan proses pembelajaran siklus II.
4. Refleksi proses pembelajaran siklus II
Mengolah dan menganalisa data yang diperoleh pada siklus II.
Melakukan evaluasi siklus II.
Merefleksi kekurangan siklus 11.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari s.d Maret 2013 di SMPN 1 Lebak Dana. Subjek penelitian ini adalah tenaga pendidik yang berjumlah 20 orang. Penelitian diawali dengan analisis kebutuhan, yaitu observasi awal proses pembelajaran, wawancara dengan guru mata pelajaran dan melalui pengisian angket guru . Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
A. Analisis Kebutuhan
1. Observasi Awal Proses Pembelajaran
Observasi awal proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui cara guru mengajar, respon siswa selama proses pembelajaran dan kondisi kelas tempat dilaksanakannya penelitian. Observasi dilaksanakan pada Januari minggu ke 3 sampai minggu ke 4 Siklus 1, Februari minggu ke 4 sampai awal Maret 2013 Siklus ke II.
Guru membuka pelajaran sesuai mata pelajaran yang akan diberikan dengan mengucapkan salam, kemudian guru menyebutkan kompetensi dasar (KD) dan indikator pembelajaran. Pada saat guru masuk kelas guru mengkondisikan siswa dikelas untuk siap menerima pelajaran.
Guru mengabsen siswa dan menanyakan siswa yang tidak hadir kepada teman sekelasnya. Guru pelajaran yang akan diberikan menyampaikan tujuan kompetensi dasar serta indikator pembelajaran.
Guru memberikan latihan soal sesuai dengan mata pelajaran yang disampaikan . siswa menjawab dengan cara individu maupun secara kelompok. Guru membarikan kesimpulan dare pembelajaran dan memberikan soal evaluasi. Guru memberikan tugas pada siswa untuk dijadikan pekerjaan rumah untuk pertemuan berikutnya.
2. Wawancara Guru
Wawancara guru dilakukan terhadap guru mata pelajaran . Wawancara ini dilaksanakan setiap pertemuan setelah melakukan supervise. Wawancara guru dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran setiap mata pelajaran yang selama ini diterapkan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran kimia. Pertanyaan-pertanyaan di dalam wawancara guru dapat dilihat pada lampiran..
Adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut:
Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Kasemen , sudah menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Metode dan pendekatan yang biasa digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi adalah studi informasi, demonstrasi, dan diskusi.
Guru sering menggunakan metode dan pendekatan studi informasi, demonstrasi, dan diskusi.
Guru menganggap bahwa metode dan pendekatan yang sesuai adalah studi informasi, demonstrasi, dan diskusi.
Penggunaan metode dan pendekatan studi informasi, demonstrasi, dan diskusi ternyata dapat meningkatkan motivasi siswa.
Guru berkeinginan menyesuaikan metode dan pendekatan yang digunakan dengan karakteristik siswa, khususnya gaga belajar.
Guru mengatakan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan metode dan pendekatan yang digunakan selama ini adalah kurang baik, karena siswa mengalami beberapa kali remedial untuk mencapai KKM.
Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam setiap mata pelajaran antara lain sulit membawa siswa berpikir cepat.
Kendala-kendala tersebut selama ini antara lain diatasi dengan guru meminta siswa membentuk kelompok belajar diantara siswa
Alat bantu yang biasa digunakan dalam rangka menunjang terlaksananya proses belajar mengajar adalah LKS, buku paket, alat dan bahan untuk demonstrasi.
Guru sudah mengetahui tentang pendekatan SAVI tetapi masih sangat minim.
Guru berpendapat bahwa pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Wawancara dengan guru dilakukan dengan cara pengisian angket guru. Pengisian angket guru dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan Januari di SD
Pada siklus pertama 20 % kompetensi guru sangat baik sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan menjadi 25%.
Kehadiran Guru pada siklus pertama 15 % dan terjadi peningkatan pada siklus kedua jadi 20%
Kejujuran guru pada siklus pertama 5 % dan meningkat jadi 15 % pada siklus kedua
Kerjasama juga mengalami peningkatan pada siklus pertama 15 % menjadi 25 % pada siklus kedua.
Inovasi/ Kreativitas meningkat dari 5 % pada siklus pertama jadi 10 % pada siklus kedua.
Cepat Tanggap guru terjadi peningkatan dari 0% jadi 5 % pada siklus kedua
Penampilan guru pun ikut berubah pada siklus pertama 20% menjadi 25% pada siklus kedua
Tata bahasa 10 % pada siklus pertama menjadi 20 % pada siklus kedua
Sikap guru dari 20% pada siklus pertama menjadi 30% pada siklus kedua
Loyalitas terjadi peningkatan dari 15% pada siklus pertama menjadi 20% pada siklus kedua.

Kumpulan Data Guru dari Hasil Pengamatan
Harian Siklus I dan II
No
Hasil Laporan Observasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Siklus
Siklus
Siklus
Siklus
1
2
1
2
1
2
1
2
1 .
Kompetensi
20%
25%
75%
75%
5%
-
-
-
2.
Kehadiran
15%
20%
75%
80%
10%
-
-
-
3.
Kejujuran
5%
15%
805
80%
15%
5%
-
-
4.
Kerjasama
15%
25%
80%
75%
5%
-
-
-
5.
Inovasi/ Kreativitas
5%
10%
65%
70%
30%
20%
-
-
6.
Cepat tanggap
-
5%
30%
45%
65%
50%
5%
-
7.
Penampilan
20%
25%
60%
70%
20%
5%
-
-
8.
Tata Bahasa
10%
20%
65%
70%
25%
10%
-
-
9.
Sikap
20%
30%
40%
60%
20%
10%
-
-
10.
Loyalitas
15%
20%
75%
80%
10%
-
-
-
Jumlah
125%
195%
  645%
705%
205%
100%
5%


Pada Penelitian Hasil Wawancara didapat :
Pada siklus pertama sebanyak 95% guru menyatakan telah melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan menjadi 100%.
Administrasi Guru pada siklus pertama 80 % dan terjadi peningkatan pada siklus kedua jadi 90%
Perbaikan Pembelajaan yang dilakukan oleh guru pada siklus pertama 75 % dan meningkat jadi 85 % pada siklus kedua
Evaluasi dari guru juga mengalami peningkatan pada siklus pertama 75 % menjadi 90 % pada siklus kedua.
Metode pembelajaran yang digunakan guru meningkat dari 85 % pada siklus pertama jadi 95 % pada siklus kedua.
Alat Bantu guru dalam pembelajaran terjadi peningkatan dari 70% jadi 85 % pada siklus kedua
Penghargaan dan Hukuman yang diberikan pada siswa pun ikut berubah pada siklus pertama 60% menjadi 75% pada siklus kedua
Tugas yang diberikan pada siswa yang tidak hadir 60 % pada siklus pertama menjadi 70 % pada siklus kedua
Analisis hasil evaluasi dari 75% pada siklus pertama menjadi 85 % pada siklus kedua
Pemetaan kelas dan adanya tutor sebaya terjadi peningkatan dari 50 % pada siklus pertama menjadi 80% pada siklus kedua.

Rekapitulasi Hasil Wawancara Guru
Pada Siklus I dan II
No
Bentuk Pertanyaan
Ya
Tidak
Siklus
Siklus


1
2
1
2
1.
Apakah saudara sebagai guru di SD Negeri
Dramaga     telah          melaksanakan          tugas yang
diberikan oleh Kepala Sekolah
95%
100%
5%
0%
2.
Apakah        saudara          setiap masuk          kelas  selalu





mempersiapkan          administrasi          seperti         RPP,
program Semester dan Absen Siswa
80%
90%
20%
10%
3.
Apakah        saudara          melakukan          perbaikan





pembelajaran setiap kale pertemuan di dalam
kelas
75%
85%
25%
15%
4.
Apakah        setiap akhir          pembelajaran          saudara





melakukan evaluasi untuk mengetahui daya serap
siswa
75%
90%
25%
10%
5.
Apakah        saudara          didalam          melakukan          proses





pembelajaran          menggunakan          lebih   dari    dua
metode
85%
95%
25%
15%
6.
Apakah        saudara          didalam          melaksanakan





pembelajaran menggunakan alai Bantu mengajar
atau media pendidikan
75%
90%
25%
10%
7.
Apakah        saudara          selaku          memberikan siswa





berprestasi penghargaan dan hukuman kepada
anak yang bermasalah
60%
75%
40%
25%
8.
Apakah siswa yang tidak hadir pada saat saudara





mengajar dikelas diberikan tugas agar siswa tidak
ketinggalan  materi          pelajaran          dengan          teman‑
temannya yang lain
60%
70%
40%
30%
9.
Apakah saudara melakukan analisis hasil evaluasi





yang diberikan untuk mengetahui daya serap
siswa
75%
85%
25%
15%
10.
Apakah saudara sudah melaksanakan pemetaan





kelas pada saat memberikan materi pelajaran
sehingga adanya tutor sebaya
50%
80%
50%
20%

Jumlah
730%
860%
280%%
150%


Pelaksanaan Supervise di kelas peneliti lakukan penilaian dengan dua aspek yaitu dari sisi administrasi guru dan pada waktu pelaksanaan, pembelajaran. Penilaian pada saat pelaksanaan administrasi guru terdapat nilai prosentase tertinggi pada guru 008 dengan prosentase 78% sedangkan nilai terendah pada guru 016 dengan prosesntase 55%. Rata-rata dari 20 responder adalah 136% dibagi 20 = 66%. Dari hasil pengamatan pada siklus pertama rata-rata perolehan diatas 50% guru sudah melaksanakan administrasi pembelajaran. Sedangkan pada siklus kedua terdapat nilai tertinggi pada guru 008 dengan perolehan 90% dan nilai terendah pada guru 016 dengan perolehan 63% dan rata-rata adalah 74%. Dari hasi pelaksanaan yang dilakukan pada siklus pertama dengan siklus kedua dapat kesimpulan adanya peningkatan 8% dilihat dari hasil rata-rata siklus I ke siklus 2 dalam persiapan administrasi guru untuk lebih sempurna pada saat memberikan materi pelajaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari data perolehan dibawah ini:
Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampun Administrasi Guru
Pada Siklus I dan 11


Nilai Perolehan Administrasi
Keterangan
No
Kode Guru
Siklus I
Siklus 2
1.
001
2,70
68%
3,0
75%

2,
002
2,75
69%
3,1
78%

3,
003
2,80
70%
29
73%

4,
004
2,70
68%
3,0
75%

5.
005
3,00
75%
3,1
78%

6,
006
3,00
75%
3,2
80%

7,
007
2,40
60%
2,9
73%

8,
008
3,10
78%
3,6
90%

9,
009
2,40
60%
3,0
75%

10.
010
2,30
58%
2,7
68%

11.
011
2,30
58%
2,6
65%

12.
012
2,30
58%
2,6
65%

13.
013
2,30
58%
2,9
73%

14.
014
2,60
65%
2,9
73%

15.
015
2,80
70%
3,0
75%

15
016
2,20
55%
2,5
63%

17.
017
2,30
58%
2,7
68%

18.
018
3,00
75%
3,1
78%

19.
019
2,45
63%
2,7
68%

20.
020
3,00
75%
3,1
78%


Jumlah %
52,40
1316%
58,6
1471%

Nilai Tertinggi
3,10
78%
3,6
90%

Nilai Terendah
2,20
220%
2,5
2500%

Rata-rata
2,62
66%
2,93
74%



Pada penilaian penampilan guru didepan kelas yang dilakukan pada siklus pertama terdapat perolehan nilai prosentase tertinggi pada guru 008 dengan perolehan 75%dan yang terendah pada guru 016 dengan perolehan nilai 55% sedangkan rata-rata dari dua puluh responden adalah 67%., pelaksanaan pada siklus kedua didapat perolehan nilai tertinggi oleh guru 008 dengan perolehan nilai 88% dan nilai terendah pada guru 016 dengan perolehan nilai 65% dari duapuluh responden diperoleh nilai rata-rata 75%. Hasil kemampuan administrasi yang dilakukan pada siklus pertama dengan siklus kedua menjadi 75% sehingga dapat kenaikan perolehan nilai rata-rata dari 66% menjadi 74%. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi perubahan sikap dari penampilan guru di depan kelas. Guru sudah mulai berinteraksi dengan siswa dan dari evaluasi yang diberikan setiap akhir pembelajaran terjadi peningkatan hasil belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari data perolehan dibawah ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan terhadap guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan atau kompetensi pedagogik seorang guru dalam jabatannya. Penelitian ini menggunakan 20 responder dari guru SMPN 1 Lebak Dana. Yang terdiri dari beberapa mata pelajaran dari berbagai macam tingkat kelas. Kemudian dianalisis dengan menggunakan supervisi klinis yang dilakukan dua siklus.
Guru mempunyai peran pembantu kepala sekolah dalam menjalankan kurikulum sekolah, peningkatan penguasaan materi pembelajaran dan metode pendekatan, pemantauan dan evaluasi hasil pembelajaran, pengelolaan kelas serta membangun komitraan anatara guru dengan guru dan guru dengan siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kompetensei pedagogik guru di Sekolah Dasar Negeri Kasemen yang di tunjukan oleh : Kompetensi kehadiran, kejujuran, kerjasama, inovasi / kreativitas, cepat tanggap, penampilan, tata bahasa, sikap, loyalitas serta kemampuan merencanakan pembelajaran dan kemampuan melaksanakan pembelajaran .
Adapun saran yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pertama. Kepada guru hendaknya selalu menyadari akan kekurangan dan kelemahannya didalam melaksanakan tugas-tugasnya terutama yang berkaitan dengan kemampuan merencanakan program dan menilai kegiatan belajar mengajar guru
Kedua. Guru harus aktif mengikuti kegiatan inservise education baik dalam bentuk pelatihan, penataran atau yang lainnya yang berkaitan dengan profesionalisme
Ketiga. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi dalam membina siswa-siswinya
Keempat. Kepada para pengawas pendidikan dilingkungan Dinas Pendidikan hendaknya lebih mengoptimalkan kegiatan-kegiatan kepengawasannya terutama berkenaan dengan pembinaan sumber daya personal tenaga pendidikan (guru)
Kelima. Kepada instansi terkait Dinas Pendidikan Daerah maupun propinsi bahkan pusat sekalipun hendaknya secara kontinyu dan intensif mengupayakan berbagai bentuk pendidikan , pelatihan maupun penataran baik berkenaan dengan kurikulum mata pelajaranataupun yang berkaitan dengan metode pengajaran.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, dkk.2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Harahap, Baharudin. Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru, Kepala Sekolah ,Penilik dan Pengawas sekolah. Jakarta : Damai Jaya. 1983
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Dunia Pustaka
Madhoffia, Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1990
Nana Sudjana. Supervisi Akademik, Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis. Binamitra Publishing. 2008
Roestiyah,N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta IKAPI
 Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. 1998
Wijaya, Cece dan A Tabroni Rusyan. Kemampuan Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1991





= Baca Juga =



Post a Comment

Previous Post Next Post